Kisah Nyata
Seorang Ibu yang usianya sudah tidak muda lagi hidup
di sebuah rumah bersama Putra Tunggalnya. Beliau menjalani kehidupan dengan
penuh sukacita. Meskipun kehidupan tidak tampak mewah, namun kebahagian tidak
pernah lepas darinya. Keikhlasan menjalani hidup tampak berseri dalam rautan
wajah ibu tersebut. Tidak ada keluhan, kekecewaan maupun kesedihan atas apa
yang telah diberikan Tuhan kepadanya. Rasa syukur selalu terlintas pada ucapan
dan perbuatan atas segalanya yang Tuhan Berikan.
Sebidang lahan sawah merupakan penghasilan utamanya.
Itupun beliau berikan kesempatan kepada tetangga untuk mengolah lahannya dan
hasilnya akan dibagi dengan beliau. Setiap hari rutinitas yang dijalankan yaitu
berKhidmat.
Mengajarkan sesuatu yang bermanfaat kepada calon-calon penerus bangsa pada
lingkungan sekitar.
Karena hampir kurang lebih 25 Tahun dengan sekelumit
ilmu membaca Ayat suci Al-Qur’an beliau ajarkan kepada anak-anak yang hidup
disekitar rumahnya. Tanpa ada harapan imbalan, maupun tanpa ada yang membayar,
Beliau tetap semangat menjadi seseorang yang ingin mendapatkan Ridho Alloh SWT.
Ingin menjadi seseorang yang bermanfaat bagi sesama dengan kemampuan yang
beliau miliki. Karena Bagi beliau, seorang anak yang mau belajar sudah cukup
luar biasa. Selain itu, hal tersebut membuat senyuman bahagia yang selalu
menemani beliau dalam kesehariannya.
Teringat dengan kata mutiara dari seorang Guru,
“Nek Tuku Sapi,
Pasti Katutan Tali,,Nek tuku Tali, Ga bakalan katutan Sapi”. (Jika beli
Sapi pasti mendapatkan Tali Pengikatnya, Namun jika beli Tali Pengikatnya ndak
Mungkin dapat Sapinya).
“Nandur Pari,
Pasti cukul suket,,,tapi Nandur Suket Ga Bakalan Cukul Pari”. (Menanam Padi,
Pasti rumput juga akan ikut tumbuh, namun kalau menanam Rumput, Ga bakalan
tumbuh Padi)
Dalam artian,
“Jika
mendahulukan Urusan Akhirat, Insya Alloh Dunia akan mengikuti….Jika
Mendahulukan urusan Duniawi, maka Akhirat akan tertinggal”.
Begitulah sepertinya yang beliau pegang dalam
kehidupannya. Beliau menjadikannya komando untuk berjalan menuju keRidhoan
Alloh SWT.
Bukan omong kosong dan bukan berharap yang demikian,
tapi Tuhan telah Membuktikan seperti apa yang telah disampaikan oleh Bapak
Guru. Kehidupan Beliau tercukupi, bahkan sering saya sebagai penulis
menyaksikan bahwa ketika sesuatu kebutuhan Pangan yang beliau tidak punya dan
Butuh, maka tidak lama kemudian ada yang memberi. Subhanalloh…sesuatu rizki
yang tidak disangka-sangka datang sendiri dan dari jalan yang bahkan tidak
dapat dilogikakan dengan akal pikiran. Hingga sampai saat ini, yang namanya
kebutuhan pangan(Sembako) seperti minyak goreng, gula, beras dan lain-lain
tidak PERNAH membeli
Alhamdulillah tercukupi. Dan masih banyak lagi kisah tentang Gaji Akhirat
beliau yang tidak dapat saya tulis semuanya disini. Saya sebagai penulis banyak
tahu tentang beliau karena “Beliau adalah IbuKu”.
Kawanku yang budiman, tidak ada maksud tertentu
dalam hal ini. Sebuah kisah nyata yang dapat kita ambil pelajaran bahwa, “Mari
bergerak dan berkontribusi dalam mencari Ridho Alloh dalam berbagai kegiatan
sesuai dengan kemampuan masing-masing”. Mendahulukan urusan akhirat dengan
mendakwakan Agama. Insya Alloh segala kebutuhan kita akan tercukupi….
Mudah-mudahan bermanfaat….!!!!